Seseorang yang sudah memutuskan menjadikan guru sebagai profesi utamanya, harus mampu mengikuti perkembangan zaman dan beradaptasi dengan peserta didik, yang saat ini sudah semakin melek teknologi.
“Dan, yang lebih penting lagi, seorang guru dalam mengajar harus dari hati, disertai dengan keikhlasan,” kata Kepala Madrasah Aliyah Laboratorium (MAL) UIN-SU Medan, Dr Zunidar Sinaga MPd di ruang kerjanya, Selasa (7/3/2023).
Menurut Zunidar, pekerjaan sebagai pendidik (guru atau dosen), yang tidak didasari dengan hati dan keikhlasan, justru akan bisa menimbulkan ‘penyakit’ dan melahirkan kejenuhan.
Selain itu, sebagai guru perlu mengembangkan gaya pribadi sendiri dan menemukan cara terbaik untuk bekerja dan mengajar di kelas, serta harus bisa memerankan diri sebagai pendamping bagi anak didik.
Guru juga harus memutuskan seberapa jauh mampu mengarahkan anak melakukan kegiatan berbeda pada saat yang sama dan seberapa jauh setiap orang harus terlibat pada topik yang sama.
“Apa pun gaya mengajar yang dipakai adalah dalam rangka menghadirkan materi pelajaran bagi anak-anak, sekaligus memudahkan mereka untuk memahaminya,” kata perempuan humble yang akrab disapa Ayank ini.
Yaitu sejak dari cara menggunakan waktu, tingkat fleksibilitas dan interaksi dengan anak-anak, cara mengatur pekerjaan, komunikasi, serta tingkat kebebasan diberikan, yang memungkinkan anak-anak mudah menggunakan gaya belajarnya.
Terkait dengan pentingnya mengajar dengan hati dan keikhlasan itu, kata Mayank, dalam melakoni tugasnya sebagai seorang tenaga pengajar, dirinya memegang prinsip, tidak akan pernah meminta jabatan.
“Jika pimpinan memberikan amanah untuk menduduki jabatan, tentunya kita harus siap melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab serta berupaya sekuat tenaga, supaya bisa menjalankan amanah itu dengan baik,” tegasnya.
Multi Talent
Selain melakoni tugas mulia sebagai seorang tenaga pengajar dan sudah lebih tujuh tahun mengemban amanah sebagai Kepala MAL UIN-SU Medan, Zunidar Ayank juga dikenal sebagai pribadi energik yang multi talent.
Betapa tidak, di tengah kesibukannya sebagai kepala sekolah dan tenaga pengajar, dia juga diketahui cukup piawai sebagai penyanyi, yang kerap diminta tampil dalam berbagai acara, serta masih menyempatkan diri merintis beberapa jenis usaha bersama suami tercinta.
Perempuan yang selalu tampil ceria dan penuh semangat ini juga masih menyempatkan diri mengupload berbagai kegiatannya di media sosial, yang tidak sekadar menuliskan status singkat, melainkan menampilkan tulisan dalam bentuk feature, atau refleksinya terhadap masa lalu, kini dan masa mendatang.
Dan sebagai seorang akademisi, Zunidar juga tidak sekadar mampu menyelesaikan studi S1, S2 dan S3-nya dengan sangat memuaskan, tetapi juga dibarengi dengan kehadiran karya ilmiah berupa buku.
“Masih tiga buku saja yang bisa saya hasilkan sampai saat ini. Salah satunya berjudul Strategi Pembelajaran,” kata istri Saripuddin Htb ini dengan rendah hati.
Ibu dua anak (Olyvia Aisya Charine dan Danis Hawari Ramadhan), kelahiran Sei Dua Hulu 20 Oktober 1975 ini merupakan putri bungsu (tiga bersaudara), buah hati H Abdul Khalil Sinaga-Hj Hasnah.
Sejak masih menjadi mahasiswa, Zunidar sudah dikenal sebagai pribadi yang kreatif dan karenanya pernah dipercaya sebagai Sekretaris Umum Kohati HMI Komisariat Fakultas Tarbiyah IAIN Sumatera Utara, pengurus Senat Mahasiswa, dan pengurus Kohati HMI Cabang Medan.
Zunidar lulus SD Negeri Nomor 010010 Sijambi Tanjungbalai 1987, SMP Negeri Sijambi 1990, MAN Tanjungbalai 1993.
S1 Fakultas Tarbiyah IAIN Sumatera Utara 1998, Magister (S2) di PPs Universitas Negeri Medan 2007 dan S3 juga dari PPs Unimed 2021.
(UJUNG)