garudaonline-Medan | Universitas Sumatera Utara (USU) terus berbenah dalam upaya internasionalisasi kampus.
Internasionalisasi kampus menjadi target utama dicanangkan Rektor USU, Dr Muryanto Amin dalam kurun waktu 2021-2026. Untuk mencapai hal itu, rektor mengusung tagline Transformation Towards Ultimate.
Selama lima tahun ini kita upayakan untuk melakukan transformasi di USU. Kita mengedepankan semangat Transformation Towards Ultimate untuk meningkatkan level USU ke tahap internasional.
“Transformasi ini kita sesuaikan dengan visi misi serta Rencana Strategis USU. Saya harapkan tujuan kita ini terus diingat dan tertanam di benak bapak ibu semua,” kata Muryanto Amin, Senin (24/5/2021).
Muryanto menegaskan, USU ke depan harus menjadi universitas berstandar intenasional berciri keunggulan lokal. Hal itu sesuai dengan visi USU, yaitu menjadi perguruan tinggi yang memiliki keunggulan akademik sebagai barometer kemajuan ilmu pengetahuan yang mampu bersaing dalam tataran dunia global.
“Kita harus bekerja sama untuk mencapai tujuan kita. Jangan kerja sendiri-sendiri, itu malah menyusahkan kita jadinya. Semuanya harus dapat berkolaborasi. Semangat ini harus kita kedepankan agar transformasi ini berkesinambungan,” kata Muryanto.
Ia menekankan pentingnya transformasi di setiap lini pada tubuh USU. Tata kelola dan sistem kerja di USU menurutnya perlu untuk ditinjau kembali. Saat ini, tata kelola dan sistem kerja tersebut tidak menunjukkan kesinambungan.
Tata kelola kita masih banyak yang tidak sesuai, baik misalnya dalam aktivitas, produktivitas, hingga outcomenya. Saya tidak katakan hasilnya tidak ada, tapi hasil tersebut tidaklah sustainable.
Tugas itu seharusnya dapat dirincikan dan dijadikan dasar, bahkan dalam menentukan besaran remunerasi. “Yang saya lihat saat ini sistem kita tidak sustain,” tambah Muryanto.
Menurutnya guna mewujudkan digitalisasi kampus, USU akan menerapkan one data. Seluruh aktivitas dan kegiatan di lingkungan USU nanti akan terekam dalam USU one data tersebut.
“Kita akan siapkan SDM khusus untuk menginput, serta maintenancenya. Sehingga ke depannya semua hal dapat terpantau,” katanya seraya menekankan, peran dekan sangat vital dalam hal monitoring serta fasilitator.
Dekan harus mengenal potensi setiap prodi di lingkungannya. Fungsi dekan menurutnya turut mendukung prodi untuk pengembangan setiap prodi.
Pekerjaan dekan itu juga memantau setiap prodi. “Prodi itu adalah ujung tombak untuk kemajuan fakultas dan universitas. Maka dekan harus kenal dengan potensi prodinya, agar dapat terus dikembangkan,” ujarnya.
Ia menegaskan, dekan beserta wakil dekan harus mampu mengelola fakultas dengan baik sehingga setiap prodi dapat melakukan kegiatan secara maksimal. Dekan harus mampu menciptakan suasana kondusif, serta menyediakan sarana prasarana mumpuni.
“Dekan beserta wakil dekan harus mampu melihat prioritas, terutama anggaran. Kita harus sediakan fasilitas yang baik di lingkungan fakultas agar dapat digunakan setiap prodi,” katanya.
Mengenai ruangan misalnya, kita harus mengusung konsep share to another. Menurutnya bukan sebuah kebutuhan, satu dosen memiliki satu ruangan. “Kita sediakan saja satu ruangan model ruangan rapat, sediakan konsumsinya,” paparnya.
Penggunaan fasilitas fakultas menurutnya haruslah mengusung semangat kampus merdeka. Tidak ada fasilitas yang dapat dimonopoli oleh satu pihak, melainkan setiap civitas akademika dapat menggunakannya sesuai aturan.
Menurutnya semangat kampus merdeka harus dapat dipahami dengan baik. Dalam semangat kampus merdeka, kita mengupayakan mahasiswa untuk mendapatkan belajar di luar kelas.
“Saat ini konsepnya adalah delapan semester di dalam kelas. Maka kita canangkan dekonstruksi kurikulum dengan dua format,” sebut Muryanto Amin.
Format kampus merdeka yang sedang ia persiapkan adalah enam semester pembelajaran dalam kelas untuk fondasi keilmuan, satu semeseter di luar ruangan, setelahnya kembali ke kampus untuk satu semester lagi.
Format kedua adalah lima semester di dalam kelas, dua semester di luar kelas, lalu kembali ke kampus untuk satu semester lagi. Aktivitas pembelajaran di luar kelas dapat berbentuk magang, riset, Kuliah Kerja Nyata (KKN), atau hal lainnya.
Ka prodi harus aktif untuk fasilitasi pembelajaran di luar kelas. Seperti mencari mitra untuk menerima mahasiswa magang, bekerja sama dengan berbagai pihak dan sebagainya.
Karena pada dasarnya dekonstruksi kurikulum itu ada di ranah prodi. “Dekan dalam hal ini memantau dan memberikan dukungan dan bantuan menyukseskannya,” tambahnya. (Nor)