Pelatih Real Madrid, Carlo Ancelotti, kembali menunjukkan sikap tegasnya terhadap pemain muda yang gagal memanfaatkan peluang emas. Kritik keras Ancelotti kali ini ditujukan kepada Endrick, penyerang muda berbakat asal Brasil, setelah ia gagal mencetak gol dalam laga melawan Getafe.
Kejadian serupa pernah terjadi di masa lalu, dan berdampak signifikan pada karier pemain muda lainnya di Real Madrid. Ancelotti dikenal tidak segan-segan mencadangkan atau bahkan melepas pemain yang dianggapnya belum siap secara mental dan teknis.
Endrick Dikritik Ancelotti Usai Buang Peluang Emas
Endrick, yang baru berusia 18 tahun, melakukan tembakan chip yang mudah ditangkap kiper Getafe, David Soria, saat berhadapan satu lawan satu. Kesempatan emas itu disia-siakannya.
Ancelotti pun tak ragu memberikan kritikan pedas pasca-pertandingan. Ia menekankan pentingnya penyelesaian akhir yang tepat dan memperingatkan Endrick untuk berhenti bermain-main di lapangan.
Ancelotti mengatakan Endrick memiliki dua peluang emas. Peluang pertama gagal dieksekusi dengan baik, dan peluang kedua berpotensi offside. Namun, Ancelotti menegaskan, apapun alasannya, Endrick seharusnya bisa menyelesaikan peluang tersebut dengan sempurna. Tidak ada tempat untuk kesalahan fatal seperti itu dalam sepak bola profesional.
Jejak Ancelotti yang Keras terhadap Pemain Muda
Ini bukan kali pertama Ancelotti menunjukkan sikap keras terhadap pemain mudanya. Pada musim 2013-2014, Alvaro Morata menjadi korban kemarahan Ancelotti karena hal serupa.
Morata, yang kala itu berusia 21 tahun, gagal mencetak gol dari dua peluang emas meskipun Real Madrid menang telak 4-0 atas Real Valladolid. Akibatnya, Morata lebih sering dicadangkan.
Hanya bermain selama 25 menit dalam 13 laga berikutnya di La Liga, Morata akhirnya hanya mencetak 8 gol dari 23 penampilan di La Liga musim tersebut. Ia kemudian pindah ke Juventus pada musim berikutnya.
Nasib Endrick Akan Sama Seperti Morata dan Nico Paz?
Kisah serupa juga dialami Nico Paz musim lalu. Setelah tampil tujuh laga beruntun, kesalahannya dalam memanfaatkan peluang di laga melawan tim divisi empat, Arandina, membuat ia jarang dimainkan lagi oleh Ancelotti hingga akhir musim.
Paz kini bermain di Como dan menunjukkan perkembangan yang signifikan, mencetak 6 gol dan 7 assist dalam 30 penampilan. Real Madrid masih memiliki klausul pembelian kembali untuknya.
Dengan melihat pengalaman Morata dan Paz, muncul pertanyaan apakah Endrick akan bernasib sama. Akankah Ancelotti ‘mensekolahkan’ Endrick dengan cara yang sama agar ia lebih matang?
Ancelotti dikenal sebagai pelatih yang menuntut performa tinggi, terutama di lini serang. Namun, ia juga dikenal memberikan kesempatan kepada pemain muda yang berpotensi. Semua bergantung pada bagaimana Endrick merespon kritik dan meningkatkan permainannya ke depan.
Masa depan Endrick di Real Madrid kini berada di tangannya sendiri. Apakah ia mampu belajar dari kesalahan dan membuktikan dirinya layak bersaing di level tertinggi? Hanya waktu yang akan menjawabnya.