Herry Iman Pierngadi, pelatih ganda putra Timnas Malaysia, membuktikan kualitasnya hanya dalam dua bulan masa kerjanya. Prestasi gemilang diraihnya lewat keberhasilan membimbing Aaron Chia/Soh Wooi Yik menjadi juara Badminton Asia Championship (BAC) 2025.
Kemenangan atas pasangan tuan rumah, Chen Bo Yang/Liu Yi, dengan skor 21-19, 21-17, mengakhiri puasa gelar Kejuaraan Asia Malaysia selama 18 tahun di nomor ganda putra.
Sukses Herry IP di Malaysia, Kontras dengan Keadaan Bulutangkis Indonesia
Gelar BAC 2025 yang diraih Aaron Chia/Soh Wooi Yik di bawah bimbingan Herry IP, merupakan pencapaian signifikan. Ini menunjukkan kemampuan Herry dalam waktu singkat membina atlet hingga meraih prestasi internasional.
Namun, keberhasilan ini berbanding terbalik dengan perolehan Indonesia di kejuaraan yang sama. Indonesia pulang tanpa gelar sama sekali, sebuah fakta yang cukup menyita perhatian.
Indonesia hanya mampu meraih dua perunggu melalui pasangan ganda campuran Jafar Hidayatullah/Felisha Pasaribu dan ganda putra Leo Rolly Carnando/Bagas Maulana. Kegagalan ini menjadi sorotan tajam, terutama mengingat absennya gelar tunggal putra yang sebelumnya berhasil diraih pada Kejuaraan Asia 2024.
Tanggapan Herry IP Soal Perbandingan Prestasi Indonesia dan Malaysia
Herry IP menanggapi perbedaan prestasi Indonesia dan Malaysia dengan bijak. Ia mengakui tantangan yang datang bersama pekerjaannya, termasuk komentar-komentar perbandingan tersebut.
Ia menyatakan bahwa perasaan tidak nyaman akibat perbandingan tersebut adalah bagian tak terpisahkan dari pekerjaannya sebagai pelatih bulutangkis profesional. Hubungan baiknya dengan PBSI dan atlet-atlet Indonesia juga ditekankannya.
Herry memastikan tidak ada masalah dengan PBSI maupun atlet-atlet Indonesia. Ia bahkan sempat makan bersama mereka di Ningbo.
Perombakan Kepelatihan PBSI Jelang Kejuaraan Bulutangkis Asia
Sementara itu, PBSI melakukan rotasi kepelatihan menjelang Kejuaraan Bulutangkis Asia. Mulyo Handoyo kini hanya fokus sebagai koordinator pelatih, posisinya sebagai kepala pelatih tunggal putra utama digantikan Indra Widjaja.
Wakil Ketua Umum I PBSI, Taufik Hidayat, menjelaskan pergantian tersebut didasari kebutuhan suasana baru dan penekanan pada prestasi. Ia menekankan bahwa baik pelatih maupun atlet akan dievaluasi berdasarkan prestasi yang dicapai.
Taufik menegaskan bahwa perbandingan dengan keberhasilan Herry IP di Malaysia tidak bisa dihindari, namun yang terpenting adalah membuktikan prestasi melalui kerja keras dan strategi yang tepat.
Pergantian kepelatihan ini menjadi langkah strategis PBSI untuk meningkatkan performa atlet Indonesia di kancah internasional. Keberhasilan akan menjadi tolok ukur utama dalam mengevaluasi kinerja para pelatih baru.
Secara keseluruhan, kisah Herry IP di Malaysia menjadi cerminan dinamika dunia bulutangkis. Suksesnya diiringi tantangan dan perbandingan, menunjukkan pentingnya kerja keras, strategi yang tepat, dan adaptasi yang cepat di dunia yang kompetitif ini. Baik PBSI maupun BAM terus berupaya untuk meningkatkan prestasi atletnya masing-masing.