Kekalahan telak Timnas Indonesia 1-5 dari Australia dalam kualifikasi Piala Dunia 2026 menyisakan banyak pertanyaan. Pengamat sepak bola nasional, Toni Ho, menilai ambisi pribadi pelatih Patrick Kluivert yang terlalu tinggi menjadi salah satu penyebabnya. Ia berpendapat bahwa perubahan strategi seharusnya dilakukan secara bertahap, bukan secara frontal.
“Di tim manapun, setiap pelatih baru pasti ingin menunjukkan kapasitas dan hasil jerih payahnya lebih bagus dari pelatih lama,” ungkap Toni Ho. Namun, ia menilai Kluivert terlalu agresif dalam menerapkan perubahan di Timnas Indonesia. Perubahan yang terlalu drastis ini, menurut Toni Ho, justru kontraproduktif.
Ambisi Berlebihan dan Strategi yang Tak Matang
Toni Ho menyoroti pendekatan Kluivert yang terkesan memaksakan perubahan tanpa mempertimbangkan proses. Ia menekankan pentingnya transisi yang bertahap agar pemain dapat beradaptasi dengan baik. Kekalahan telak ini, menurutnya, adalah bukti kurang matangnya strategi yang diterapkan.
Meskipun Timnas Indonesia menunjukkan permainan yang baik di awal pertandingan, kegagalan penalti Kevin Diks menjadi titik balik. Setelah itu, performa tim menurun drastis. Australia mampu menguasai pertandingan dengan pressing tinggi, membuat Indonesia kesulitan mengembangkan permainan.
Kesalahan Pemilihan Pemain dan Taktik yang Amburadul
Selain strategi yang kurang matang, Toni Ho juga mengkritik pemilihan pemain yang dilakukan Kluivert. Ia menilai formasi dan susunan pemain yang diturunkan kurang tepat. Pertahanan dan lini tengah terlihat rapuh dan amburadul.
Sebagai contoh, Kluivert lebih memilih Mees Hilgers sebagai tandem Jay Idzes di jantung pertahanan, mengabaikan Rizki Ridho yang dinilai memiliki chemistry lebih baik dengan Idzes. Padahal, kerjasama Ridho dan Idzes telah teruji dalam beberapa pertandingan sebelumnya.
“Banyak orang menilai penampilan Rizki Ridho di Persija turun. Tetapi jangan salah, di Timnas Indonesia dia sangat harmonis dengan Jay Idzes menjaga lini belakang. Keduanya sudah duet di beberapa pertandingan Timnas Indonesia. Kalau Hilgers berapa kali dia main bareng Jay Idzes?” tegas Toni Ho. Ia mempertanyakan dasar pemilihan Hilgers tanpa mempertimbangkan sinergi antar pemain.
Lini Tengah yang Lemah dan Peran Thom Haye yang Tak Jelas
Kelemahan di lini tengah juga menjadi sorotan Toni Ho. Kluivert memilih Nathan Tjoe A-On yang minim menit bermain di Swansea untuk berduet dengan Thom Haye. Menurut Toni Ho, pilihan ini sangat meragukan.
Sebagai alternatif, Toni Ho menyarankan duet Thom Haye dan Joey Pelupessy. Keduanya memiliki pengalaman dan senioritas yang lebih mumpuni. Dengan pilihan tersebut, peran Thom Haye yang terlihat kurang jelas dalam pertandingan melawan Australia seharusnya bisa lebih maksimal.
Marselino Ferdinan juga dinilai tampil kurang maksimal. Toni Ho mempertanyakan instruksi yang diberikan Kluivert kepada Ferdinan sehingga perannya dalam tim tampak kurang efektif. Ia menyoroti kurangnya kejelasan peran pemain, yang akhirnya berdampak buruk pada permainan tim secara keseluruhan.
Secara keseluruhan, kekalahan Timnas Indonesia bukan hanya disebabkan satu faktor, namun merupakan akumulasi dari berbagai masalah. Ambisi berlebih, strategi yang kurang matang, pemilihan pemain yang kurang tepat, dan kurangnya kejelasan peran pemain menjadi beberapa faktor yang menyebabkan kekalahan telak tersebut. Evaluasi menyeluruh dan perbaikan yang sistematis sangat dibutuhkan agar Timnas Indonesia dapat tampil lebih baik di pertandingan selanjutnya.